- Persiapan Pentas Duta Seni TMII Tahun 2025, DINDIKBUD Kabupaten Purworejo Monitoring Latihan Cing Po Ling di SDN Kesawen Pituruh.
- Pagelaran P5 Mentadaburi Al-Qur’an
- SD Negeri Purbowono Membagikan 4 Ekor Daging Kurban untuk Siswa dan Masyarakat Sekitar Sekolah
- Gema Takbir dan Semangat Berbagi: SMP Negeri 4 Purworejo Gelar Salat Idul Adha dan Latihan Kurban 1446 H
- Meraih Keberkahan dengan Keikhlasan Berkurban.
- Grand Closing BTA SMP Negeri 36 Purworejo
- PERSIAPAN KEGIATAN JAMBORE PENDIDIKAN KESETARAAN
- SOSIALISASI BOSP PERMENDIKDASMEN NO 8 TAHUN 2025
- Gegap Gempita Pengumuman Kelulusan dan Penyerahan Kembali Siswa Siswi Kelas VI SD Negeri 1 Lugosobo
- AKHIRUSSANAH PERPISAHAN DAN PELEPASAN SISWA DAN SISWI KELAS VI
Persiapan Pentas Duta Seni TMII Tahun 2025, DINDIKBUD Kabupaten Purworejo Monitoring Latihan Cing Po Ling di SDN Kesawen Pituruh.

Minggu, 8 Juni 2025 - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo melakukan kunjungan ke Desa Kesawen, Kecamatan Pituruh, dalam rangka monitoring pelaksanaan latihan kesenian khas Purworejo, Cing Po Ling, yang digelar di SDN Kesawen, Minggu pagi (08/06/2025).
Kegiatan ini dihadiri oleh Kabid Dindikbud Purworejo Dyah Woro Setyaningsih, S.Sos, MM, perwakilan Wilcambidik Pituruh Fathan Anis, pemerintah desa Kesawen, serta para anggota kelompok kesenian Cing Po Ling Desa Kesawen.
Dalam sambutannya, Dyah Woro menyampaikan bahwa kunjungan ini bertujuan untuk memonitor latihan sekaligus semaris pentas dalam rangka penguatan kesenian Cing Po Ling sebagai warisan budaya tak benda yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sejak tahun 2021.
"Rencananya, kesenian ini akan tampil di Anjungan Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dalam ajang Pentas Duta Seni se-Jawa Tengah pada 27 Juli 2025. Kami dari Dindikbud Purworejo berkomitmen melestarikan kesenian ini di kancah nasional, sebagai tindak lanjut dari pengakuan sebagai warisan budaya tak benda," jelasnya.
Woro menambahkan bahwa dalam acara ini ditampilkan dua generasi penari, dari kalangan junior dan senior, sebagai langkah konkret regenerasi pelaku seni agar kesenian tidak punah. "SDN Kesawen kami harapkan menjadi barometer pelestarian, dan SDN Singojoyo Kecamatan Bruno juga turut ambil bagian dalam latihan ini," imbuhnya.
Ia juga berharap, generasi penerus dari eks-Kawedanan Kemiri seperti SDN Kesawen, SDN Singojoyo Bruno, hingga SMAN 4 Purworejo dapat mempertahankan dan melestarikan kesenian Cing Po Ling.
"Karena kesenian ini telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda, kami melalui Kemendikbud wajib memiliki program pelestarian, termasuk fasilitasi kesenian yang ada di Purworejo," tegasnya.
Sebagai bentuk persiapan menuju pentas di TMII, pelatihan dilakukan oleh tenaga ahli, yakni Mas Purnomo dari Brondongrejo. Woro menegaskan bahwa pelestarian ini bukan hanya seremoni, tetapi aksi nyata karena Cing Po Ling kini hanya bertahan di dua lokasi: Desa Kesawen (Pituruh) dan Jatirejo (Kaligesing).
“Dalam dua tahun terakhir, Kabupaten Purworejo berhasil menjadi juara pertama dalam Duta Seni tingkat nasional—tahun 2023 lewat Ndolalak, dan tahun 2024 dengan Jarang Bolong. Tahun ini, kami mengajukan Cing Po Ling sebagai wakil dari Purworejo,” jelasnya.
Ia juga mengajak masyarakat untuk bersama-sama mendukung pelestarian kesenian lokal. “Ayo kita hargai dan lestarikan kesenian khas daerah kita,” ajaknya.
Sementara itu, Toni Hariyanto selaku perwakilan pemerintah desa menyampaikan terima kasih atas perhatian Dindikbud terhadap kesenian Cing Po Ling yang akan tampil di TMII.
“Harapannya, kesenian ini semakin dikenal luas, tidak hanya di tingkat kabupaten tapi hingga nasional. Kami di desa terus berupaya menjaga kelestarian dengan melakukan regenerasi dan menjadikan Cing Po Ling sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SDN Kesawen,” ujar Toni.
Pelatih kesenian, Purnomo, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kesenian rakyat bukanlah soal bagus atau tidak, melainkan soal harga diri. “Kami yang dipercaya sebagai Duta Seni Kabupaten Purworejo di TMII bertanggung jawab penuh atas keberlangsungan kesenian ini,” ucapnya.
Ia juga mengingatkan agar tidak saling membandingkan antar jenis kesenian. “Ndolalak, Jaran Kepang, dan Cing Po Ling memiliki kekhasan masing-masing. Jangan saling menjelekkan, tapi saling menghargai. Warisan leluhur harus dijaga dan diuri-uri tanpa merusaknya,” tandasnya.
Sebagai penutup, Purnomo menyebut bahwa Cing Po Ling juga bisa dikreasikan ulang untuk ajang seperti FLS2N. “Dindikbud Purworejo adalah satu-satunya yang membuat karya tari dari kesenian rakyat untuk bisa dinikmati masyarakat luas,” pungkasnya.