- BIMTEK PEMBELAJARAN BERBASIS DIGITAL DAN PEMBELAJARAN ALTERNATIF
- GELAR AKM BUKTI KEBERHASILAN PROGRAM KAMPUS MENGAJAR 8
- MENINGKATKAN LITERASI DAN NUMERASI MELALUI MEDIA BELAJAR MENARIK
- POHON HARAPAN: Inspirasi Baru di SD Negeri Golok
- MEMBANGUN KARAKTER SISWA MELALUI SOSIALISASI ANTI-BULLYING DAN GENRE DI SD
- MAJALAH DINDING KREATIF: PROGRAM KAMPUS MENGAJAR TINGKATKAN LITERASI SISWA
- MENGHIDUPKAN LITERASI MELALUI PROGRAM SEKOLAH ALAM DI SD NEGERI GOLOK
- Perkuat Kompetensi Pendidikan: Dindikbud Purworejo Gelar Bimtek Pendalaman Kurikulum Merdeka
- FESTIVAL LITERASI DAN NUMERASI KAMPUS MENGAJAR ANGKATAN 8 DI SD NEGERI KALIGESING KUTOARJO BERLANGSUNG MERIAH
- SEMPAT VAKUM SAAT PANDEMI COVID-19, MAHASISWA KAMPUS MENGAJAR ANGKATAN 8 AKTIFKAN KEMBALI EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SDN 1 MLARAN
Bulan Suro saat Prosesi Jamasan Tosan Aji Di Gelar
Pemerintah Kabupaten Purworejo melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo kembali menggelar prosesi Jamasan Tosan Aji Jumat, 12 Juli 2024 di Pendopo Bupati Kabupaten Purworejo.
Sebagai upaya melestarikan budaya leluhur dan edukasi budaya kepada masayarakat, Jamasan Tosan Aji tahun ini akan menjamas 2 tosan aji yaitu Keris Naga Luk Sebelas dan Keris Brojol.
1. Keris luk 11
Dhapur Naga Luk 11 menurut Wiropustaka disebut Naga Pasung, memiliki visualisasi naga yang berbentuk figuratif. Bentuk Naga terlihat pada bagian sor soran dilengkapi dengan tindik yang terbuat dari logam mulia. Pamor pedaringan kebak terlihat lembut yang merupakan simbolisasi dari mengedepankan aspek batiniah. Dengan garap bahan logam yang terlihat keras, madhas terkesan kering dan mentah. Hal itu menunjukkan karakteristik garap dan gaya perupaan dari sebuah wilayah Bagelen. Meskipun tidak dipungkiri bahwa dalam suatu wilayah tidak mungkin hanya terdapat satu varian karakteristik visual saja. Dari kesemua ciri visual yang nampak, maka hal itu identik dengan literatur yang menyebutkan tentang tangguh Bagelen.
2. Keris Lurus
Berdhapur Brojol dengan ciri khas ricikan pijetan dan gandhik lugas. Berpamor wengkon isen yaitu perpaduan antara pamor tepen dengan didalamnya terdapat pola ngulit semangka. Keris ini diperkirakan merupakan keris khas Bagelen. Dalam artian memiliki karakteristik visual yang diperkirakan dibuat di wilayah Bagelen. Untuk menyebut tangguh Bagelen sepertinya masih memerlukan kajian dikarenakan tangguh itu sendiri memiliki tatacara identifikasi yang khusus berdasarkan data yang relevan. Meskipun dalam catatan literatur tangguh ini tidak tercatat, namun eksistensi sebagai salah satu era sekaligus gaya perupaan keris yang muncul diwilayah vasal Mataram tidak bisa dihilangkan begitu saja. Penentuan tangguh dapat dilihat dari karakter bahan, garap, pasikutan, dan bentuk ricikan. Secara sederhana keris ini memiliki karakter besi yang keras madas, wasuhan pamor semu ngulit semangka, besi terlihat mentah, posisi bilah condhong agak lebar, ganja mulu berbentuk wuwung. Secara sekilas mirip garap Tuban dan Pajajaran namun memiliki karakter besi seperti Mataram. Dilengkapi dengan bentuk warangka Gayaman Kagok Bancih berbahan kayu Trembalo dengan pendhok Blewehan. Dilengkapi dengan jejeran Yudawinatan. Secara tampilan menunjukkan pengaruh dari Surakarta yang dominan
Pada ritual penjamasan dimulai dengan simbolik penyerahan pusaka oleh Bupati Purworejo yang diwakili oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kabupaten Purworejo Bapak Drs. H. Bambang Susilo kepada juru jamas Teguh Wahyu Kuntoro, S.E. Hadir DINKOMINFO STASANDI, Sejarawan dan Budayawan Kabupaten Purworejo, Ketua FKUB Kabupaten Purworejo dan Pandemen Tosan Aji Kabupaten Purworejo.
KepaLa Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, Wasit Diono, S.Sos menuturkan, “Museum Tosan Aji memiliki sejumlah 1.283 koleksi yang terdiri dari keris, tombak, kudi dan tosan aji alinnya dan untuk Jamasan Tosan Aji tahun ini akan menjamas 2 tosan aji yaitu Keris Naga Luk Sebelas dan Keris Brojol”
“Event jamasan ini merupakan kegiatan membersihkan, merawat, memandikan serta memelihara tosan aji agar tetap terjaga dengan baik dan tidak mengalami kerusakan, sebagai sarana untuk melestarikan budaya sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara merawat pusaka khususnya kepada para generasi muda”, ujarnya lagi.
Pada sambutan Bupati Purworejo yang disampaikan oleh Bapak Drs. H. Bambang Susilo Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Purworejo menyampaikan Para tamu yang terhormat, bulan Sura merupakan bulan yang istimewa bagi masyarakat Jawa, karena pada bulan Sura diberikan warisan dari tempat peristirahatan karena perlu dijaga kelestariannya. Tradisi yang selama ini dikaitkan dengan jamasan memang mempunyai makna penyucian jiwa dan raga. Karena itulah hakikat jamasan, adalah penghormatan terhadap orang yang dapat melihat apa yang tidak terlihat. Yang terlihat adalah wujud warisan, dan yang tidak terlihat adalah wujud ruh.
Harapannya pemimpin dan masyarakat mempunyai tanggung jawab untuk memelihara budaya tradisional agar tetap eksis dan berkembang di masa depan. Oleh karena itulah upacara jamasan tosan aji, merupakan acara yang tidak hanya diperuntukkan bagi orang kaya saja, namun juga merupakan wujud upaya kita dalam melestarikan budaya yang benar-benar bergengsi.
Jamasan Tosan aji merupakan wujud rasa terimakasih dan menghargai peninggalan atas karya seni budaya nan adiluhung para generasi pendahulunya kepada generasi berikutnya. Tujuannya adalah si pemilik pusaka tetap mempunyai jalinan rasa, ikatan batin, terhadap sejarah dan makna yang ada di balik benda pusaka yang mempunyai banyak nilai luhur tersebut.
Sehingga jamasan pusaka tidak sekedar membersihkan dan merawat fisik benda pusaka saja, akan tetapi yang lebih penting adalah memahami segenap nilai-nilai luhur yang terkandung. Nilai luhur tidak sekedar untuk diingat saja, namun lebih diutamakan untuk dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.