- Lomba Tumpeng sambut HUT SMP Negeri 33 Purworejo yang ke 29
- Pengumuman Pembentukan Dewan Pendidikan Kabupaten Purworejo periode tahun 2025-2030
- DEKLARASI 7 KEBIASAAN ANAK INDONESIA HEBAT
- Asyiknya Makan Kue Lebaran di Sekolah
- Silaturahmi dan Halal Bi Halal Jajaran Korwilcambidik Kecamatan Bagelen
- Kegiatan Pesta Siaga Kwarran Gebang Tahun 2025, Latih Kekompakan dengan Penuh Keceriaan
- SD NEGERI KEDUNGLOTENG PERINGATI HARI PEDULI SAMPAH NASIONAL
- Technical Meeting Peserta Pemeran Museum Bersama di Museum Tosan Aji
- Hari Pertama Masuk Sekolah Silaturrahmi Keluarga SDN Roworejo
- SYAWALAN (Halal Bi Halal & Makan Bersama) SD Negeri 1 Pangenjurutengah
Forum Group Discusion (FGD) Hasil Pengumpulan Data Objek Pemejuan Kebudayaan Sego Penek dan Dawet Ireng Kabupaten Purworejo

Kuliner Sego Penek dan Dawet Ireng khas Purworejo kini tengah diproses untuk diusulkan menjadi warisan budaya tak benda (WBTB). Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Purworejo telah melakukan penelusuran untuk menggali informasi terkait kedua kuliner itu.
Kabid Kebudayaan, Dindikbud Purworejo Dyah Woro Setyaningsih mengungkapkan, untuk menggali informasi terkait kedua kuliner itu, Dindikbud Purworejo menggandeng Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah X. "Kami sangat beharap, di 2025 kedua kuliner khas Purworejo tersebut bisa lolos menjadi warisan budaya tak benda," harapnya Selasa (10/12).
Woro menambahkan, sampai saat ini Kabupaten Purworejo sudah memiliki empat warisan tak benda. "Ada tari Cingpoling, tradisi Jolenan Somongari, tari Dolalak, dan wayang kulit gagak Kaligesingan," sebutnya.
Diketahui, sego penek merupakan makanan khas yang bisa ditemui di wilayah Kecamatan Purwodadi. Yakni, sajian nasi dengan sayur lodeh nangka dan daging atau jeroan ayam. Sedangkan, dawet ireng merupakan minuman segar bersantan dengan dawet berwarna hitam.
Kepala Desa Jenar Wetan Aris Karmo mengatakan, sego penek kini dapat dijumpai di Pasar Jenar, Pasar Krendetan, dan lainnya. Kuliner tersebut berasal dari Dusun Ngandul, Desa Jenar. “Sekarang pembuatnya juga masih ada yang merupakan anak turun dari pembuat awalnya," kata dia.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Desa Rowobayem Kecamatan Kemiri, Suprapto yang mendukung adanya proses pengusulan tersebut. Menurutnya, dawet ireng muncul pertama kali dari desanya. "Pembuatnya adalah Simbah Kharnun dan diteruskan oleh Ibu Surip hingga saat ini," ujar dia.
Suprapto menyebut, dawet ireng sudah ada sejak dia masih kecil. Namun, ketenaran atau kepopulerannya berbeda dari dawet ireng yang ada di wilayah Kecamatan Butuh. "Mungkin karena faktor lokasi dan pemasaran, Butuh lebih mudah dijangkau dan berada di pinggir jalan nasional dibanding wilayah Kemiri," jelasnya. (han/pra)