- TIm PPDB Purworejo melakukan diskusi ke Kabupaten Tetangga
- Forum Group Discusion (FGD) Hasil Pengumpulan Data Objek Pemejuan Kebudayaan Sego Penek dan Dawet Ireng Kabupaten Purworejo
- KABUPATEN PURWOREJO SERAHKAN HIBAH ALAT KESENIAN SEJUMLAH 6.696 KEPADA GRUP KESENIAN TAHUN 2024
- Kabupaten Purworejo Menerima Penghargaan Sebagai Penyaji Terbaik Duta Seni Kabupaten/ Kota se- Jawa Tengah Tahun 2024
- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo Gelar Sosialisasi Hasil Penetapan Cagar Budaya Tahun 2024
- PEMERINTAH PURWOREJO KOMITMEN MENANGANI PENDIDIKAN INKLUSI
- KUATKAN SISWA SIAP IKUTI PISA PADA TAHUN 2025
- KM 8 INISIASI SOSIALISASI MITIGASI BENCANA
- LAUNCHING MODUL DIKLAT KURIKULUM MUATAN LOKAL PENDIDIKAN DASAR
- KOLABORASI PENANGANAN ABK DI PURWOREJO
Forum Group Discusion (FGD) Hasil Pengumpulan Data Objek Pemejuan Kebudayaan Sego Penek dan Dawet Ireng Kabupaten Purworejo
Kuliner Sego Penek dan Dawet Ireng khas Purworejo kini tengah diproses untuk diusulkan menjadi warisan budaya tak benda (WBTB). Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Purworejo telah melakukan penelusuran untuk menggali informasi terkait kedua kuliner itu.
Kabid Kebudayaan, Dindikbud Purworejo Dyah Woro Setyaningsih mengungkapkan, untuk menggali informasi terkait kedua kuliner itu, Dindikbud Purworejo menggandeng Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah X. "Kami sangat beharap, di 2025 kedua kuliner khas Purworejo tersebut bisa lolos menjadi warisan budaya tak benda," harapnya Selasa (10/12).
Woro menambahkan, sampai saat ini Kabupaten Purworejo sudah memiliki empat warisan tak benda. "Ada tari Cingpoling, tradisi Jolenan Somongari, tari Dolalak, dan wayang kulit gagak Kaligesingan," sebutnya.
Diketahui, sego penek merupakan makanan khas yang bisa ditemui di wilayah Kecamatan Purwodadi. Yakni, sajian nasi dengan sayur lodeh nangka dan daging atau jeroan ayam. Sedangkan, dawet ireng merupakan minuman segar bersantan dengan dawet berwarna hitam.
Kepala Desa Jenar Wetan Aris Karmo mengatakan, sego penek kini dapat dijumpai di Pasar Jenar, Pasar Krendetan, dan lainnya. Kuliner tersebut berasal dari Dusun Ngandul, Desa Jenar. “Sekarang pembuatnya juga masih ada yang merupakan anak turun dari pembuat awalnya," kata dia.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Desa Rowobayem Kecamatan Kemiri, Suprapto yang mendukung adanya proses pengusulan tersebut. Menurutnya, dawet ireng muncul pertama kali dari desanya. "Pembuatnya adalah Simbah Kharnun dan diteruskan oleh Ibu Surip hingga saat ini," ujar dia.
Suprapto menyebut, dawet ireng sudah ada sejak dia masih kecil. Namun, ketenaran atau kepopulerannya berbeda dari dawet ireng yang ada di wilayah Kecamatan Butuh. "Mungkin karena faktor lokasi dan pemasaran, Butuh lebih mudah dijangkau dan berada di pinggir jalan nasional dibanding wilayah Kemiri," jelasnya. (han/pra)