Sakral dan Khidmat, Tradisi Jumenengan Berlangsung Sebagai Peringatan Bupati Pertama Purworejo

By ADMIN 14 Feb 2025, 13:08:59 WIB Kegiatan
Sakral dan Khidmat, Tradisi Jumenengan Berlangsung Sebagai Peringatan Bupati Pertama Purworejo

 

Purworejo, 13 Februari 2025 – Tradisi sakral Jumenengan kembali digelar di Pendopo Rumah Dinas Kabupaten Purworejo pada Kamis malam, 13 Februari 2025. Agenda wajib tahunan ini merupakan tradisi simbolis winusuda Bupati pertama Kabupaten Purworejo. Secara bahasa, winusuda bermakna penetapan sehingga upacara ini dilangsungkan sebagai bentuk penghormatan dan peringatan hari penobatan Bupati Tjokronegoro I. Acara penuh khidmat ini menjadi momen penting bagi masyarakat Purworejo untuk melestarikan warisan budaya yang telah turun-temurun dijaga.

Pemerintah Kabupaten Purworejo telah menyiapkan sejumlah kegiatan untuk memeriahkan Hari Jadi ke-194. Setidaknya ada 13 kegiatan yang dilaksanakan mulai 31 Januari sampai dengan 27 Februari 2025. Tradisi Jumenengan menjadi salah satu rangkaian peringatan Hari Jadi Purworejo Ke-194. Dalam proses Jumenengan berbagai ritual adat dilakukan untuk menghormati Bupati Tjokronegoro I. Pertama, dilakukan ziarah makam Bupati Tjokronegoro di Makam Bulus dan Kayu Lawang, pukul 07.30 WIB. Kemudian acara Jumenengan dibuka dengan gendhing uyon-uyon pada 19.30 WIB. Lalu, pembacaan riwayat Hari Jadi Kabupaten Purworejo oleh Drs. Pram Prasetya Ahmad, MM. Para tamu undangan yang turut hadir dalam peringatan Jumenengan diantaranya Bupati dan Wakil Bupati terpilih, para pimpinan dan anggota DPRD serta Forum Pimpinan Daerah.

Ketua II Panitia HUT Ke-194 Purworejo, Wasit Diono yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Purworejo mengatakan bahwa acara ini memiliki harapan untuk menyamakan visi misi serta kebijakan pembangunan Bupati dan Wakil Bupati Purworejo periode 2025-2030 sehingga mendapatkan berkat ridho dari Tuhan.

“Harapannya, dengan peringatan ini kami bersyukur dan menyamakan niat dari visi misi Bupati dan Wakil Bupati 5 tahun mendatang dalam membangun Purworejo,” ujar Wasit dalam wawancara.

Selain sambutan-sambutan penuh khidmat, acara ini juga dilengkapi dengan penampilan kebudayaan yaitu Tari Beksan Bedhayan Kidung Cakra dan Tari Beksan Saptarengku Cakra. Kidung cakra merupakan tarian yang dibawakan oleh para perempuan yang menceritakan dinamika kehidupan yang terus berputar. Ada kalanya manusia berperang dengan nafsu angkara-murka dan ada kalanya berpasrah sembari berdoa baik. Sementara itu, Tari Beksan Saptarengku Cakra merupakan simbolis dari pola pikir R.A.A Tjokronegoro I dalam mengukir sejarah kejayaan Kabupaten Purworejo. Tarian yang dibawakan oleh 7 laki-laki menunjukkan simbolis sapta citra becik dalam visual tatanan pemerintahan, alun-alun, saluran irigasi Kedung Putri, jalan raya, Pendopo Agung, Masjid Agung, dan Bedhug Ageng Pendowo.

Dengan terselenggaranya Jumenengan, diharapkan masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga tradisi sebagai bagian dari sejarah dan identitas daerah. Upacara ini bukan hanya sebagai peringatan sejarah tetapi juga mengandung harapan agar kepemimpinan dan kebijakan pasangan Bupati 2025-2030 diberkahi sehingga membawa kesejahteraan bagi masyarakat.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment